Sabtu, 01 Oktober 2016

KUIS 4 Dasar-Dasar Penginderaan Jauh

Nama   : Khalimah
NPM     : E1I015071
Prodi    : Ilmu Kelautan
Kelas    : B
Dosen  : Yar Johan, S.Pi.,M.Si




SEJARAH PENGINDERAAN JAUH

Teknik pengindraan jauh (inderaja) sebenarnya sudah lama di gunakan, yaitu setelah di temukanya kamera. Percobaan pemotretan dari udara pernah di lakukan oleh seniman foto asal Prancis bernama Gaspard Felix Tournachon atau lebih di kenal dengan panggilan Felix Nadar (1858) memotret daerah Bievre, Prancis dari ketinggian 80 meter dengan bantuan balon udara, hasil pemotretan ternyata dapat di gunakan oleh ahli tata ruang kota untuk membuat peta penggunaan lahan dan peta morfologi daerah Bievre. Setelah eksperimen tersebut berhasil maka pemotretan dengan menggunakan wahana balon semakin berkembang, di Amerika foto udara pertama kali di buat oleh James Wallace Black tahun 1860, dengan sebuah balon dengan ketinggian 365 meter di atas kota Boston

Pemotretan udara juga pernah menggunakan wahan layang-layang yang pernah di lakukan oleh ED Archibalg (inggris) tahun1882 dengan tujuan untuk memperoleh data meteorologi. Selanjutnya tanggal 18 April 1906 pemotretan dengan layang-layang di lakukan oleh G.R. Lawrence dari Amerika Serikat untuk memotret daerah San Fransisco setelah kejadian bencana gempa bumi besar dan kebakaran yang melanda daerah tersebut.
Pada tahun 1903 pesawat udara baru di temukan dan uji coba terbang berhasil di lakukan, akan tetapi pemotretan dengan wahana pesawat terbang baru di mulai pada tahun 1909 di atas Centovelli, Italia, dengan pilotnya bernama Wilbur Wright, pemanfaatan citra inderaja banyak di gunakan juga selama perang dunia 1 maupun perang dunia ke II, saat itu penggunaan teknik inderaja sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suatu misi pertempuran. Era perkembangan inderaja yang spektakuler mulai terjadi saat di temukanya roket yang membawa satelit ke ruang angkasa. Hal ini di awali dengan peluncuran satelit TIROS ( Television and Infared Observation Satellite) pada tahun 1960. Yang merupakan satelit tak berawak khusus untuk pengembangan satelit cuaca. Pada perkembangan selanjutnya di luncurkan satelit berawak seperti Merkury, Gemini, dan Apollo,
Teknologi inderaja dan pemanfaatanya terus berkembang dengan pesat. Jika dahulu sensor yang di gunakan hanya kamera maka sekarang sudah banyak jenis sensor lain seperti Scanner, Magnetometer dan Sonar. Dalm disiplin ilmu geografi dan ilmu-ilmu kebumian yang lain, penggunaan tekik inderaja mejadi suatu kebutuhan. Hal ini karena citra inderaja dapat menyajikan gambaran permukaan bumi sacara nyata sehingga semua objek dan fenomena yang ada di pemukaan bumi terlihat dengan baik namun di batasi oleh ketajaman citra yang di gunakan. Keadaan ini sangat membantu sekali bagi seorang ahli geografi di dalam mempelajari objek kajian geografi seperti pola pemukiman, penggunaan lahan, hidrografi, geologi dan geomorfologi. Bahkan kajian tentang iklim di atas permukaan bumi.
JENIS-JENIS CITRA DAN REVOLUSINYA
Kegiatan pengindraan jauh memberikan  produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera  atau hasil pengindraan yang telah dicetak
Citra dapat  dibedakan  menjadi dua, yaitu citra foto dan citra nonfoto.

1. Citra Foto
Citra foto adalah  gambaran suatu objek yang dibuat dari pesawat  udara, dengan  menggunakan kamera  udara  sebagai  alat pemotret. Hasilnya dikenal dengan  istilah foto udara. Citra foto dapat dibedakan menurut beberapa aspek, antara  lain sebagai berikut.

a.   Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum  elektromagnetik yang digunakan,  citra foto dapat dibedakan  menjadi 3, yaitu:
1)  Foto Ultraviolet
Foto Ultraviolet adalah  foto yang dibuat dengan  menggunakan spektrum ultraviolet dekat dengan  panjang  gelombang  0,29 mikrometer. Cirinya adalah mudah untuk mengenali  beberapa objek karena  perbedaan warna yang sangat kontras. Kelemahan  dari citra foto ini adalah tidak banyak informasi yang dapat disadap.  Foto  ini sangat  baik untuk  mendeteksi  tumpahan minyak  di laut, membedakan atap  logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan  kapur, juga untuk mengetahui, mendeteksi,  dan memantau sumber  daya air.
2)  Foto Ortokromatik
Foto Ortokromatik adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 – 0,56 mikrometer). Cirinya banyak  objek yang bisa tampak  jelas. Foto  ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka terhadap objek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20  meter.
3)  Foto Pankromatrik
Foto pankromatrik adalah foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata  manusia.  Pada  umumnya  digunakan  film sebagai  negatif dan kertas  sebagai  positifnya.  Wujudnya seperti  pada  foto,  tetapi  bersifat tembus cahaya.  Foto pankromatik dibedakan menjadi 2 yaitu pankromatik hitam putih dan foto infra merah.
a)    Foto Pankromatrik Hitam Putih
rona  pada  objek  serupa  dengan  warna  pada  objek  aslinya,  karena kepekaan film sama dengan   kepekaan mata  manusia,
resolusi spasialnya  halus,
stabilitas dimensional  tinggi, dan
foto pankromatrik hitam putih telah lama dikembangkan sehingga  orang telah terbiasa menggunakannya.
Foto Pankromatrik digunakan dalam berbagai bidang, sebagai berikut.
Di bidang pertanian, untuk pengenalan dan klasifikasi jenis tanaman, evaluasi kondisi tanaman, dan perkiraan  jumlah produksi tanaman,
Di bidang  kehutanan, digunakan  untuk  identifikasi  jenis  pohon, perkiraan  volume kayu, dan perkembangan luas hutan,
 Di bidang sumber  daya air, digunakan  untuk mendeteksi  pencemaran air, evaluasi kerusakan akibat banjir, agihan air tanah,  dan air permukaan,
Di bidang perencanaan kota dan wilayah, digunakan untuk penafsiran jumlah dan agihan penduduk,  studi lalu lintas, studi kualitas perumahan, penentuan jalur transportasi, dan pemilihan  letak berbagai  bangunan penting,
Penelitian  ekologi hewan  liar, berguna  untuk mendeteksi  habitat  dan untuk pencacahan jumlah populasinya, dan
 Evaluasi dampak  lingkungan.
b)    Foto Infra Merah
Foto infra merah adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum  infra  merah  dekat,  dengan   panjang  gelombang   0,9  – 1,2 mikrometer, yang dibuat secara  khusus yang terletak pada  saluran merah dan  sebagian  saluran  hijau. Cirinya dapat  mencapai bagian  dalam  daun, sehingga  rona  pada  foto infra merah  daun  tidak ditentukan  berdasarkan warna tetapi  oleh sifat jaringannya.
Perbedaan antara foto infra merah dengan film pankromatik hitam putih terletak pada kepekaannya.
Foto infra merah mempunyai  beberapa keunggulan,  antara  lain:
Mempunyai  sifat pantulan  khusus bagi vegetasi,
Daya tembusnya  yang besar terhadap kabut tipis, dan
Daya serap yang besar terhadap air.
Kelemahan  foto infra merah antara lain:
Adanya  efek bayangan  gelap  karena  saluran  infra merah  dekat  tidak peka terhadap sinar baur dan sinar yang dipolarisasikan,
Sifat tembusnya  kecil terhadap air, dan
Kecepatan yang rendah  dalam pemotretan.
Infra merah  berwarna  mempunyai  keunggulan  pada  warnanya  yang tidak serupa  dengan  warna aslinya. Dengan  warna semu itu banyak objek pada  foto ini menjadi mudah  dikenali.
Foto  inframerah  berwarna  banyak  digunakan  dalam bidang:
Kemiliteran,  untuk mengetahui kondisi suatu hutan,  karena tanaman tidak  akan  terpantulkan melainkan objek yang ada disekitarnya;
Bidang  pertanian dan  kehutanan, yaitu untuk mendeteksi atau membedakan tanaman yang sehat dan tanaman yang terserang  penyakit;
 b.  Berdasarkan  Arah Sumbu Kamera ke  Permukaan Bumi
Berdasarkan arah  sumbu  kamera  ke permukaan bumi,  citra  foto  dapat dibedakan  menjadi 2, yaitu foto vertikal (tegak) dan foto condong  (miring).
 Foto  vertikal atau  foto  tegak  (orto  photograph), yaitu foto  yang  dibuat dengan  sumbu kamera  tegak lurus terhadap permukaan bumi.
Foto  condong  atau  miring  (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi.  Sudut  ini umumnya  sebesar  10 derajat atau  lebih besar,  tetapi  bila sudut condongnya masih berkisar antara  1 – 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan  sebagai foto vertikal.
Foto condong dibedakan menjadi menjadi dua, sebagai berikut.
Foto  agak  condong   (low oblique photograph), yaitu apabila pada foto tampak  cakrawalanya.
 Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada  foto.
c.    Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan
Berdasarkan jenis kamera  yang  digunakan,  citra  foto  dapat  dibedakan menjadi 2, yaitu foto tunggal dan foto jamak.
Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan  kamera  tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya  tergambar satu lembar foto.
Foto  jamak,  yaitu beberapa foto  yang  dibuat  pada  saat  yang  sama  dan menggambarkan daerah  liputan yang sama.
d.  Berdasarkan Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu foto berwarna  semu dan foto berwarna  asli.
 Foto  berwarna  semu  (false  color)  atau  foto  infra merah  berwarna.  Pada foto ini warna objek tidak sama dengan  warna foto. Misal, pada foto suatu vegetasi berwarna  merah  sedangkan  warna aslinya adalah hijau.
Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna.  Dalam foto berwarna  asli lebih mudah  penggunaannya karena  foto  yang  tergambar mirip dengan  objek aslinya.
e.   Berdasarkan Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana  yang digunakan,  citra foto dapat  dibagi menjadi foto udara dan foto satelit.
 Foto udara,  yaitu foto yang dibuat dari pesawat/balon udara.
 Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit.
2.  Citra Nonfoto
Citra nonfoto  adalah gambaran suatu objek yang diambil dari satelit dengan menggunakan sensor.  Hasilnya dikenal dengan  istilah foto satelit.
Citra nonfoto  dapat  dibedakan  sebagai berikut.

a.  Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik
Berdasarkan spektrum  elektromagnetik  yang  digunakan,  citra  nonfoto dibedakan  menjadi 2 sebagai  berikut.
Citra  infra merah  termal,  yaitu citra yang  dibuat dengan  spektrum  infra merah  ther mal.  Pengindraan  pada  spektrum  ini berdasarkan  pada perbedaan suhu objek dan daya pancarnya pada  citra, tercermin  dengan adanya  perbedaan rona  atau warnanya.
Citra  radar  dan  citra  gelombang  mikro,  yaitu citra  yang  dibuat  dengan spektrum  gelombang  mikro.  Citra  radar  merupakan hasil pengindraan dengan  sistem aktif yaitu dengan  sumber tenaga  buatan.  Citra gelombang mikro dihasilkan dengan  sistem pasif yaitu dengan  menggunakan sumber tenaga  alamiah.
 b.  Berdasarkan Sensor yang Digunakan
Berdasarkan sensor  yang digunakan,  citra nonfoto  dibedakan  menjadi 2, sebagai  berikut.
Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan  sensor tunggal.
Citra multispektral,  yaitu citra yang dibuat dengan  sensor  jamak.
 c.    Berdasarkan Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana  yang digunakan,  citra nonfoto  dibedakan  menjadi 2, sebagai  berikut.
Citra dirgantara  (Airborne image), yaitu citra yang dibuat dengan  wahana yang beroperasi  di udara (dirgantara).
Contoh: citra infra merah thermal, citra radar, dan citra MSS.
Citra  satelit  (Satellite/Spaceborne Image),  yaitu citra  yang  dibuat  dari antariksa  atau angkasa  luar. Citra ini dibedakan  menurut  penggunaannya, sebagai  berikut.
Benda yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor, yaitu sebagai berikut.
Ciri spasial, adalah ciri yang berkaitan dengan ruang, yang meliputi bentuk, ukuran, tekstur, pola, situs, bayangan, dan asosiasi.
Ciri spektral, adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna. Rona adalah tingkat kehitaman atau keabuan suatu gambar objek pada citra. Benda yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga, maka rona pada citra berwarna asli tampak cerah.
Ciri temporal, adalah ciri yang terkait dengan umur dan waktu benda pada saat perekaman, misalnya rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedang pada musim kemarau tampak gelap.
a)      Citra Satelit untuk pengindraan planet. Contoh Citra Satelit Viking (AS), Citra Satelit Venera  (Rusia).
b)      Citra Satelit untuk pengindraan cuaca.  Contoh  NOAA (AS) dan Citra Meteor  (Rusia).
c)       Citra  Satelit  untuk  pengindraan sumber  daya  bumi.  Contoh   Citra Landsat  (AS), Citra Soyuz (Rusia), dan Citra SPOT  (Perancis).
d)      Citra  Satelit  untuk  pengindraan laut.  Contoh  Citra  Seasat  (AS) dan Citra  MOS (Jepang).

Perbedaan citra foto dan citra nonfoto
Variabel pembeda/jenis citra
Citra foto
Citra nonfoto
Sensor
Kamera
Nonkamera, berdasarkan
penyiaman (scanning). Kamera  yang detektornya bukan film
Detektor
Film
Pita magnetik, termistor, foto konduktif, foto voltaik, dan sebagainya
Proses perekaman
Fotografi/
kimiawi
Elektronik
Mekanisme perekaman
Serentak
Parsial
Spektrum elektromagnetik
Spektrum tampak
Spektra  tampak  dan  perluasannya, termal dan gelombang  mikro

Benda  yang  tergambar pada  citra  dapat  dikenali berdasarkan ciri yang terekam  oleh sensor,  yaitu sebagai berikut.
Ciri spasial, adalah ciri yang berkaitan dengan ruang, yang meliputi bentuk, ukuran,  tekstur,  pola, situs, bayangan, dan asosiasi.
 Ciri spektral, adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna. Rona adalah tingkat kehitaman  atau keabuan suatu gambar objek pada citra. Benda yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga,  maka rona pada  citra berwarna asli tampak  cerah.
Ciri temporal, adalah ciri yang terkait dengan  umur dan waktu benda pada saat  perekaman, misalnya  rekaman  sungai  musim  hujan  tampak  cerah, sedang  pada  musim kemarau  tampak  gelap. 
Berdasarkan tingkatan resolusinya citra satelit dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

1) Citra resolusi rendah, memiliki resolusi spasial antara 15 m s/d 30 m (Citra satelit Landsat-5 TM) Contoh Gambar :  



2) Citra resolusi sedang, memiliki resolusi spasial 2.5 m s/d 10 m (Citra satelit SPOT)  Contoh gambar : 



Citra resolusi tinggi, memiliki resolusi spasial 0.6 m s/d 1 m (Citra satelit Ikonos dan Quickbird) Contoh gambar :





 Terimakasih...udah mampir. Semoga bermanfaat...

Daftar Pustaka :
Afdal, Muh.2013. Resolusi Citra pada Penginderaan Jarak Jauh. http://afdalbaba.blogspot.co.id/2013/06/resolusi-citra-pada-penginderaan-jarak.html. Diakses tanggal 02 Oktober 2016. Pukul 22.00 WIB.
Casanova, Arief.2015.Sejarah Perkembangan Pengindraan Jauh. https://ariefcasanova.wordpress.com/2015/03/23/sejarah-perkembangan-pengindraan-jauh/. Di akses pada tanggal 02 Oktober 2016. Pukul 22.02 WIB.
Kusumowidagdo, Mulyadi dkk. 2008. Pengindraan Jauh Dan Interpretasi Citra. Semarang: Universitas Negeri Semarang dan LAPAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar