Nama : Khalimah
NPM : E1I015071
Prodi : Ilmu Kelautan
Kelas : B
Dosen : Yar Johan, S.Pi.,M.Si
SEJARAH PENGINDERAAN JAUH
Teknik pengindraan jauh
(inderaja) sebenarnya sudah lama di gunakan, yaitu setelah di temukanya kamera.
Percobaan pemotretan dari udara pernah di lakukan oleh seniman foto asal
Prancis bernama Gaspard Felix Tournachon atau lebih di kenal dengan panggilan Felix
Nadar (1858) memotret daerah Bievre, Prancis dari ketinggian 80 meter dengan
bantuan balon udara, hasil pemotretan ternyata dapat di gunakan oleh ahli tata
ruang kota untuk membuat peta penggunaan lahan dan peta morfologi daerah
Bievre. Setelah eksperimen tersebut berhasil maka pemotretan dengan menggunakan
wahana balon semakin berkembang, di Amerika foto udara pertama kali di buat
oleh James Wallace Black tahun 1860, dengan sebuah balon dengan ketinggian 365
meter di atas kota Boston
Pemotretan
udara juga pernah menggunakan wahan layang-layang yang pernah di lakukan oleh
ED Archibalg (inggris) tahun1882 dengan tujuan untuk memperoleh data
meteorologi. Selanjutnya tanggal 18 April 1906 pemotretan dengan layang-layang
di lakukan oleh G.R. Lawrence dari Amerika Serikat untuk memotret daerah San
Fransisco setelah kejadian bencana gempa bumi besar dan kebakaran yang melanda
daerah tersebut.
Pada
tahun 1903 pesawat udara baru di temukan dan uji coba terbang berhasil di
lakukan, akan tetapi pemotretan dengan wahana pesawat terbang baru di mulai
pada tahun 1909 di atas Centovelli, Italia, dengan pilotnya bernama Wilbur
Wright, pemanfaatan citra inderaja banyak di gunakan juga selama perang dunia 1
maupun perang dunia ke II, saat itu penggunaan teknik inderaja sangat berperan
dalam menentukan keberhasilan suatu misi pertempuran. Era perkembangan inderaja
yang spektakuler mulai terjadi saat di temukanya roket yang membawa satelit ke
ruang angkasa. Hal ini di awali dengan peluncuran satelit TIROS ( Television
and Infared Observation Satellite) pada tahun 1960. Yang merupakan satelit tak
berawak khusus untuk pengembangan satelit cuaca. Pada perkembangan selanjutnya
di luncurkan satelit berawak seperti Merkury, Gemini, dan Apollo,
Teknologi
inderaja dan pemanfaatanya terus berkembang dengan pesat. Jika dahulu sensor
yang di gunakan hanya kamera maka sekarang sudah banyak jenis sensor lain
seperti Scanner, Magnetometer dan Sonar. Dalm disiplin ilmu geografi dan
ilmu-ilmu kebumian yang lain, penggunaan tekik inderaja mejadi suatu kebutuhan.
Hal ini karena citra inderaja dapat menyajikan gambaran permukaan bumi sacara
nyata sehingga semua objek dan fenomena yang ada di pemukaan bumi terlihat
dengan baik namun di batasi oleh ketajaman citra yang di gunakan. Keadaan ini
sangat membantu sekali bagi seorang ahli geografi di dalam mempelajari objek
kajian geografi seperti pola pemukiman, penggunaan lahan, hidrografi, geologi
dan geomorfologi. Bahkan kajian tentang iklim di atas permukaan bumi.
JENIS-JENIS CITRA DAN REVOLUSINYA
Kegiatan pengindraan
jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra
adalah gambaran suatu objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera atau
hasil pengindraan yang telah dicetak
Citra dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto dan citra nonfoto.
1. Citra Foto
Citra foto adalah
gambaran suatu objek yang dibuat dari pesawat udara, dengan
menggunakan kamera udara sebagai alat pemotret. Hasilnya
dikenal dengan istilah foto udara. Citra foto dapat dibedakan menurut
beberapa aspek, antara lain sebagai berikut.
a.
Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Foto
Ultraviolet
Foto Ultraviolet
adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet
dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya
adalah mudah untuk mengenali beberapa objek karena perbedaan warna
yang sangat kontras. Kelemahan dari citra foto ini adalah tidak banyak
informasi yang dapat disadap. Foto ini sangat baik
untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut, membedakan
atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur,
juga untuk mengetahui, mendeteksi, dan memantau sumber daya air.
2) Foto
Ortokromatik
Foto Ortokromatik
adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru
hingga sebagian hijau (0,4 – 0,56 mikrometer). Cirinya banyak objek yang
bisa tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena
filmnya peka terhadap objek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang
lebih 20 meter.
3) Foto
Pankromatrik
Foto pankromatrik
adalah foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai dari warna
merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata
manusia. Pada umumnya digunakan film sebagai
negatif dan kertas sebagai positifnya. Wujudnya seperti
pada foto, tetapi bersifat tembus cahaya. Foto
pankromatik dibedakan menjadi 2 yaitu pankromatik hitam putih dan foto infra
merah.
a)
Foto Pankromatrik Hitam Putih
rona pada objek serupa dengan warna pada objek aslinya, karena
kepekaan film sama dengan kepekaan mata manusia,
resolusi
spasialnya halus,
stabilitas
dimensional tinggi, dan
foto pankromatrik hitam
putih telah lama dikembangkan sehingga orang telah terbiasa
menggunakannya.
Foto Pankromatrik
digunakan dalam berbagai bidang, sebagai berikut.
Di bidang pertanian,
untuk pengenalan dan klasifikasi jenis tanaman, evaluasi kondisi tanaman, dan
perkiraan jumlah produksi tanaman,
Di bidang
kehutanan, digunakan untuk identifikasi jenis pohon,
perkiraan volume kayu, dan perkembangan luas hutan,
Di bidang
sumber daya air, digunakan untuk mendeteksi pencemaran air,
evaluasi kerusakan akibat banjir, agihan air tanah, dan air permukaan,
Di bidang perencanaan
kota dan wilayah, digunakan untuk penafsiran jumlah dan agihan penduduk,
studi lalu lintas, studi kualitas perumahan, penentuan jalur transportasi, dan
pemilihan letak berbagai bangunan penting,
Penelitian
ekologi hewan liar, berguna untuk mendeteksi habitat
dan untuk pencacahan jumlah populasinya, dan
Evaluasi
dampak lingkungan.
b)
Foto Infra Merah
Foto infra merah adalah
foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah
dekat, dengan panjang gelombang 0,9 –
1,2 mikrometer, yang dibuat secara khusus yang terletak pada saluran
merah dan sebagian saluran hijau. Cirinya dapat
mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada
foto infra merah daun tidak ditentukan berdasarkan warna
tetapi oleh sifat jaringannya.
Perbedaan antara foto
infra merah dengan film pankromatik hitam putih terletak pada kepekaannya.
Foto infra merah mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
Foto infra merah mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
Mempunyai sifat
pantulan khusus bagi vegetasi,
Daya tembusnya
yang besar terhadap kabut tipis, dan
Daya serap yang besar
terhadap air.
Kelemahan foto infra
merah antara lain:
Adanya efek
bayangan gelap karena saluran infra merah
dekat tidak peka terhadap sinar baur dan sinar yang dipolarisasikan,
Sifat tembusnya
kecil terhadap air, dan
Kecepatan yang
rendah dalam pemotretan.
Infra merah
berwarna mempunyai keunggulan pada warnanya yang
tidak serupa dengan warna aslinya. Dengan warna semu itu
banyak objek pada foto ini menjadi mudah dikenali.
Foto
inframerah berwarna banyak digunakan dalam bidang:
Kemiliteran, untuk
mengetahui kondisi suatu hutan, karena tanaman tidak akan
terpantulkan melainkan objek yang ada disekitarnya;
Bidang pertanian
dan kehutanan, yaitu untuk mendeteksi atau membedakan tanaman yang sehat
dan tanaman yang terserang penyakit;
b. Berdasarkan
Arah Sumbu Kamera ke Permukaan Bumi
Berdasarkan arah
sumbu kamera ke permukaan bumi, citra foto dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu foto vertikal (tegak) dan foto condong
(miring).
Foto
vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu
foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus
terhadap permukaan bumi.
Foto
condong atau miring (oblique photograph), yaitu foto yang
dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan
bumi. Sudut ini umumnya sebesar 10 derajat atau
lebih besar, tetapi bila sudut condongnya masih berkisar
antara 1 – 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan
sebagai foto vertikal.
Foto condong dibedakan
menjadi menjadi dua, sebagai berikut.
Foto agak
condong (low oblique photograph), yaitu apabila pada foto
tampak cakrawalanya.
Foto sangat
condong (high oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak tergambar
pada foto.
c.
Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan
Berdasarkan jenis
kamera yang digunakan, citra foto dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu foto tunggal dan foto jamak.
Foto tunggal, yaitu
foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto
hanya tergambar satu lembar foto.
Foto jamak,
yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat
yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama.
d. Berdasarkan
Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang
digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu foto berwarna semu dan
foto berwarna asli.
Foto
berwarna semu (false color) atau foto infra
merah berwarna. Pada foto ini warna objek tidak sama dengan
warna foto. Misal, pada foto suatu vegetasi berwarna merah
sedangkan warna aslinya adalah hijau.
Foto warna asli (true
color), yaitu foto pankromatik berwarna. Dalam foto berwarna asli
lebih mudah penggunaannya karena foto yang tergambar
mirip dengan objek aslinya.
e.
Berdasarkan Wahana yang Digunakan
Berdasarkan
wahana yang digunakan, citra foto dapat dibagi menjadi foto
udara dan foto satelit.
Foto udara,
yaitu foto yang dibuat dari pesawat/balon udara.
Foto satelit atau
foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit.
2. Citra Nonfoto
Citra nonfoto
adalah gambaran suatu objek yang diambil dari satelit dengan menggunakan
sensor. Hasilnya dikenal dengan istilah foto satelit.
Citra nonfoto
dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Berdasarkan
Spektrum Elektromagnetik
Berdasarkan spektrum
elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto
dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.
Citra infra
merah termal, yaitu citra yang dibuat dengan
spektrum infra merah ther mal. Pengindraan pada
spektrum ini berdasarkan pada perbedaan suhu objek dan daya
pancarnya pada citra, tercermin dengan adanya perbedaan
rona atau warnanya.
Citra radar
dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang
dibuat dengan spektrum gelombang mikro. Citra
radar merupakan hasil pengindraan dengan sistem aktif yaitu
dengan sumber tenaga buatan. Citra gelombang mikro dihasilkan
dengan sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga
alamiah.
b.
Berdasarkan Sensor yang Digunakan
Berdasarkan
sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi
2, sebagai berikut.
Citra tunggal, yaitu
citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
Citra
multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan sensor jamak.
c.
Berdasarkan Wahana yang Digunakan
Berdasarkan
wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi
2, sebagai berikut.
Citra dirgantara
(Airborne image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang
beroperasi di udara (dirgantara).
Contoh: citra infra
merah thermal, citra radar, dan citra MSS.
Citra
satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang
dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra ini
dibedakan menurut penggunaannya, sebagai berikut.
Benda yang tergambar
pada citra dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor, yaitu
sebagai berikut.
Ciri spasial, adalah
ciri yang berkaitan dengan ruang, yang meliputi bentuk, ukuran, tekstur, pola,
situs, bayangan, dan asosiasi.
Ciri spektral, adalah
ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda yang dinyatakan
dengan rona dan warna. Rona adalah tingkat kehitaman atau keabuan suatu gambar
objek pada citra. Benda yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga, maka
rona pada citra berwarna asli tampak cerah.
Ciri temporal, adalah
ciri yang terkait dengan umur dan waktu benda pada saat perekaman, misalnya
rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedang pada musim kemarau tampak
gelap.
a) Citra
Satelit untuk pengindraan planet. Contoh Citra Satelit Viking (AS), Citra
Satelit Venera (Rusia).
b) Citra
Satelit untuk pengindraan cuaca. Contoh NOAA (AS) dan Citra
Meteor (Rusia).
c) Citra
Satelit untuk pengindraan sumber daya bumi.
Contoh Citra Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia), dan Citra
SPOT (Perancis).
d) Citra
Satelit untuk pengindraan laut. Contoh Citra
Seasat (AS) dan Citra MOS (Jepang).
Perbedaan citra foto
dan citra nonfoto
Variabel
pembeda/jenis citra
|
Citra foto
|
Citra nonfoto
|
Sensor
|
Kamera
|
Nonkamera,
berdasarkan
penyiaman (scanning).
Kamera yang detektornya bukan film
|
Detektor
|
Film
|
Pita magnetik,
termistor, foto konduktif, foto voltaik, dan sebagainya
|
Proses perekaman
|
Fotografi/
kimiawi
|
Elektronik
|
Mekanisme perekaman
|
Serentak
|
Parsial
|
Spektrum
elektromagnetik
|
Spektrum tampak
|
Spektra
tampak dan perluasannya, termal dan gelombang mikro
|
Benda yang
tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan ciri yang
terekam oleh sensor, yaitu sebagai berikut.
Ciri spasial, adalah
ciri yang berkaitan dengan ruang, yang meliputi bentuk, ukuran,
tekstur, pola, situs, bayangan, dan asosiasi.
Ciri spektral,
adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda yang
dinyatakan dengan rona dan warna. Rona adalah tingkat kehitaman atau
keabuan suatu gambar objek pada citra. Benda yang banyak memantulkan atau
memancarkan tenaga, maka rona pada citra berwarna asli tampak
cerah.
Ciri temporal, adalah
ciri yang terkait dengan umur dan waktu benda pada saat perekaman,
misalnya rekaman sungai musim hujan tampak
cerah, sedang pada musim kemarau tampak gelap.
Berdasarkan tingkatan
resolusinya citra satelit dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1) Citra resolusi rendah,
memiliki resolusi spasial antara 15 m s/d 30 m (Citra satelit Landsat-5 TM)
Contoh Gambar :
2) Citra resolusi sedang,
memiliki resolusi spasial 2.5 m s/d 10 m (Citra satelit SPOT) Contoh
gambar :
Citra resolusi tinggi, memiliki resolusi spasial 0.6
m s/d 1 m (Citra satelit Ikonos dan Quickbird) Contoh gambar :
Daftar Pustaka :
Afdal, Muh.2013. Resolusi
Citra pada Penginderaan Jarak Jauh. http://afdalbaba.blogspot.co.id/2013/06/resolusi-citra-pada-penginderaan-jarak.html.
Diakses tanggal 02 Oktober 2016. Pukul 22.00 WIB.
Casanova, Arief.2015.Sejarah Perkembangan Pengindraan Jauh. https://ariefcasanova.wordpress.com/2015/03/23/sejarah-perkembangan-pengindraan-jauh/.
Di akses pada tanggal 02 Oktober 2016. Pukul 22.02 WIB.
Kusumowidagdo, Mulyadi dkk.
2008. Pengindraan Jauh Dan Interpretasi Citra.
Semarang: Universitas Negeri Semarang dan LAPAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar